Minggu, 13 Januari 2013

CERITA TENTANG GELAGAH DAN KEDATANGAN WARGA TUTUAN KE JURANGPAHIT



Pada sekitar 150 tahun yang lalu di bagian barat pulau Nusa Penida, tepatnya di Sebunupa, wilayah Desa Bunga Mekar hiduplah seorang pemuda bernama I Kalpa. I Kalpa mempunyai seorang kekasih yang juga berasal dari desa tersebut.  I Kalpa terkenal sebagai seorang yang suka usil dan menjahili temannya. 

Pada suatu ketika munculah niat usil I Kalpa terhadap kekasihnya. Saat itu kekasihnya itu sedang mengambil air minum di suatu cubang penampungan air, dasar usil I Kalpa mencampurkan suatu kotoran ke dalam air tersebut, hingga air tersebut dibawa pulang. Di rumah calon mertuanya, entah oleh karena kelakuannya tersebut sudah diketahui, air tersebut kemudian dipakai untuk memasak suatu hidangan yang dimasakkan khusus untuk I Kalpa. Demikian I kalpa pun tanpa curiga langsung makan dengan lahapnya.


Setelah selesai makan dengan lahapnya I Kalpa pun bersendawa tanda kekenyangan serta memuji hidangan tersebut. Calon mertuanyapun bertanya apakah hidangan tersebut enak dan dijawab dengan sumringah oleh I Kalpa. Akhirnya diceritakanlah bahwa hidangan itu dimasak khusus untuknya dengan air yang telah dimasuki kotoran tersebut. Mendengar hal tersebut seketika I Kalpa merasa jijik dan darahnya meluap, kemudian ia mengamuk. Mendengar suasana keributan tersebut wargapun berdatangan ingin melerai. Akan tetapi I Kalpa yang memegang senjata itu melukai seorang warga. Seketika mengetahui perbuatannya tersebut I Kalpa segera lari dengan dikejar oleh warga.

Kekasih I Kalpa karena kecintaannya akhirnya memilih mengikuti pelarian I Kalpa. Warga masyarakat terus mengejar I Kalpa ke berbagai arah. I Kalpa pun berlari tanpa tujuan akhirnya sampailah dia di bagian timur Pulau Nusa Penida yaitu di daerah yang sekarang berada disekitar Desa Suana, sebelah barat Pura Batumedau. Akhirnya ia menetaplah di sana berbaur dengan masyarakat di sana. Pada suatu waktu, di tempatnya yang baru, I Kalpa oleh karena suatu sebab berselisih dengan salah satu warga desa di sana, akhirnya I Kalpa pun kembali meninggalkan desa tersebut, menuju ke arah barat daya. Sampailah dia di daerah yang belum berpenghuni, dimana daerah tersebut banyak ditumbuhi semak atau rerumputan yang dikenal dengan rumput Gelagah. Merasa tempat tersebut aman, I Kalpa pun memutuskan tinggal dan menetap di sana bersama dengan kekasihnya yang akhirnya dia nikahi. I Kalpa mendirikan pondok di tempat yang sekarang sudah dibanguni sebuah pura yang terletak tepat dibelakang SD Negeri 2 Kutampi sekarang, yang dikenal dengan nama Pura Geria. Daerah tersebut akhirnya dinamakan Gelagah sesuai nama rumput yang banyak tumbuh di sana.
Waktu terus berlalu I Kalpa pun merasa kerasan tinggal di Gelagah sampai akhirnya mempunyai keturunan. Suatu ketika melintaslah seorang yang masih saudara dengan I Kalpa. Tidak disengaja dia melintas dan akhirnya menemukan I Kalpa yang sudah hidup nyaman di Gelagah. Kagum akan kehidupan I Kalpa sekarang akhirnya saudaranya itupun meminta agar diajak tinggal di Gelagah. Akhirnya beberapa orang di Sebunupa pun ikut berdatangan dan menetap di Gelagah.

Semakin lama, semakin banyaklah penduduk di Gelagah yang pindah dari Sebunupa, mereka adalah soroh Tutuan atau Pratisentana Dalem Mangori. Akhirnya karena oleh suatu sebab terjadi perselisihan diantara keturunan I Kalpa, beberapa diantaranya mengungsi ke arah utara, yaitu Jurangpahit, dimana di daerah tersebut sudah didiami oleh keturunan Ni Balian Sakti yaitu soroh Tangkas Kori Agung. Soroh Tutuan yang di Juranpahit akhirnya lebih banyak di Jurangpahit daripada di Gelagah, apalagi di Sebunupa. Baca juga Sejarah dan Asal-Usul Nama Jurangpahit. Demikian kedatangan soroh Tutuan ke Jurangpahit. Sekali lagi ini menurut penuturan orang tua terdahulu yang saya ceritakan kembali. Semoga bermanfaat dan dapat menambah wawasan khususnya kewula muda Banjar Jurangpahit.

4 komentar:

  1. Kereeeennn, akhirnya tau gimana perjalanan soroh tutuan sampai ke jurang pahit, semoga Чª♌ƍ lainnya juga bisa membaca dan banyak Чª♌ƍ mengunjungi halaman ini

    BalasHapus
  2. terima kasih sudah menjelaskan asal usul tutuan kami sebagai warga tutuan baru tau perjalanan leluhur kami

    BalasHapus
  3. Mantaaappp...mnambah wawasn lgi...

    BalasHapus